1. SEJARAH SINGKAT
Jambu
mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil
Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun
yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya
seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka,
Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak
negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama
jambu mete dunia. Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama
berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung
dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu
dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
2. JENIS TANAMAN
Jambu
mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih,
merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman
jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari
akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang
mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semu dapat
diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur
mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.
Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena
udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat
digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain
itu, kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur
atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok
untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi
sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete
berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda
dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua
dapat digunakan untuk obat luka bakar.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman
jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur
(Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta
(Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu mete
banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan
Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru),
Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1)
Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman
jambu mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun
atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain.
2) Suhu harian
di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C dan
maksimun antara 25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan
produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.
3)
Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban
nisbi antara 70-80%. Akan tetapi tanaman jambu mete masih dapat
bertoleransi pada tingkat kelembaban 60-70%.
4) Angin kurang berperan
dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete. Dalam penyerbukan
bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah serangga karena serbuk sari
jambu mete pekat dan berbau sangat harum.
5) Daerah yang paling
sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yang mempunyai jumlah
curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering
(<60>
5.2. Media Tanam
1)
Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah
berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.
2) Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapimasih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.
5.3. Ketinggian Tempat
Di
Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m
dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali
untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Budidaya
jambu mete dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara
vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan. Biji yang
akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan
biji mete untuk benih adalah :
a) Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen.
b) Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.
c) Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.
d) Biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%.
e)
Bila dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan
harus lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
f) Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling lama 8 bulan.
g) Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebelum
ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tanaman
jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun
lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat
pun jambu mete dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat
tanam jambu mete adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai
di musim kemarau.
2) Pembukaan lahan
Lahan
yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari
dan disiapkan sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum musim
hujan. Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang
pembuangan airnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.
3) Pemupukan
Pemberian
pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman
masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua
kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit
diluar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang
galian itu. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan menggali lubang,
diluar lubang sebelumnya. Pemberian pupuk kandang dan kompos, kecuali
dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola dan Jarak Tanam
Pada
budi daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam
setiap satu ha lahan jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69
batang. Jarak tanam dapat dibuat dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah
total tanaman yang dibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman
kemudian dijarangkan pada umur 6-10 tahun. Untuk efisiensi lahan, dapat
diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenis tanaman bernilai ekonomis
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Sebagai contoh adalah tanaman
palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambu mete yang berasal
dari pencangkokan dapat ditanam dengan jarak 5 x 5 m, bila jarak tanam
jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya dapat diterapkan di lahan
datar. Di lahan miring harus disesuaikan dengan garis kontur.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Cara membuat lubang tanam:
a)
Tanah digali dengan ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya
sangat liat, ukuran lubang tanam dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang
tanam terdapat lapisan cadas, harus ditembus, agar akar dapat tumbuh
sempurna dan terhindar dari genangan air.
b) Pada waktu penggalian
lubang, lapisan tanah bagian atas dipisahkan ke arah Utara dan Selatan
serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.
c) Lubang tanam
dibiarkan terbuka ± 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang, tanah lapisan
bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas yang telah
bercampur dengan pupuk kandang ± 1 pikul.
d) Di lubang tanam yang telah ditimbun dibuat ajir agar lubang tanam mudah ditemukan kembali.
3) Cara Penanaman
Penanaman
dapat dilakukan 4–6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk
mengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan
pada musim kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a) Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang
melekat pada akar dijaga jangan sampai berantakan agar perakaran bibit
tidak rusak.
b) Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau
sama dalamnya seperti sewaktu masih dalam persemaian. Bila menggunakan
bibit dari okulasi dan sambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus.
Letak akar cabang diusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya
yang patah/rusak sebaiknya dipotong.
c) Tanah disekitar batang
dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapat rongga-rongga udara
diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman perlu diberi
penyangga dari bambu agar dapat tumbuh tegak.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiraman
Bibit
yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu
disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air
siraman jangan sampai menggenangi tanaman.
2) Penyulaman
Penyulaman
dilakukan setalah tanaman berumur 2-3 tahun. Apabila tanaman berumur = 3
tahun maka pertumbuhan tanaman sulaman umumnya kurang baik atau akan
terhambat.
3) Penyiangan dan Penggemburan
Bibit
jambu mete mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam.
Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yang
disiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin
sedikit.
Akibatnya, akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan.
4) Pemupukan
Tanaman
jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk buatan.
Pemberian pupuk kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali parit
melingkar, di luar tajuk sebanyak ± 2 blek minyak tanah (± 20 kg). Pupuk
dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan
berikutnya dilakukan dengan pupuk buatan.
5) Pemangkasan
Cara pemangkasan tanaman jambu mete dilakukan sebagai berikut:
a) Tunas-tunas samping pada bibit terus-menerus dipangkas sampai tinggi cabang mencapai 1 - 1,5 m dari tanah.
b) Pilih 3 - 5 cabang sehat dan baik posisinya terhadap batang pokok .
c) Pemangkasan ini dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemangkasan untuk pemeliharaan dilakukan setelah tanaman berbuah.
6) Penjarangan
Penjarangan
dilakukan bertahap pada saat tajuk tanaman saling menutupi. Apabila
jarak tanaman 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur maka tajuk tanaman
diperkirakan sudah bersentuhan pada tahun 6 - 10 tahun. Pada saat itu
penjarangan mulai dilakukan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Hama
yang sering menyerang tanaman jambu mete adalah hama pengisap daun,
nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau,
dan ulat perusak bunga. Insektisida yang dianjurkan antara lain:
Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin dan Dimecron dengan dosis 2cc atau 2
gram/liter air.
1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Pada
tanaman terlihat kepompong bergelantungan. Ulat berwarna hitam
bercakbercak putih, kepala dan ekor warna merah nyala, seluruh tubuhnya
ditumbuhi rambut putih. Telurnya berwarna putih, oval. Fase pupa
berlangsung 4 minggu, fase kepompong 3-5 minggu. Gejala: daun-daun tidak
utuh dan terdapat bekas gigitan; pada serangan yang hebat, daun dapat
habis sama sekali, tetapi tanaman tidak mati; tanaman tidak akan
menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18 bulan. Pengendalian: dengan
menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau Pumicidin dengan dosis 1,0
- 1,5 ml/liter air.
2) Helopeltis sp.
Tubuh
imago berwarna hitam, kecuali abdomen bagian belakang sebelah bawah
berwarna putih. Gejala: pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun
terdapat bercak-bercak hitam tidak merata; daun dan ranting segera
mengering dan diikuti dengan gugurnya daun. Pengendalian: (
1) melalui teknik bercocok tanam, misalnya dengan mengurangi tanaman inang atau tanaman peneduh;
2) dengan insektisida Agroline dengan dosis 0,2 % atau Thiodan dengan dosis 0,02 %.
3) Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)
Gejala:
mula-mula daun berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan daun akan
gugur/rontok dan tanaman dapat mati. Pengendalian: (1) dengan menangkap
ulat penggerek tersebut; (2) dengan mengolesi sekitar permukaan
batang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter air).
4) Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)
Gejala:
buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedang
buah tua isinya belum penuh. Pengendalian: belum didapatkan cara yang
tepat, sebab larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah,
maka hama dapat diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan
menggunakan Karbaril 0,15%.
7.2. Penyakit
Penyakit
yang sering menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar, penyakit
bunga dan putik, dan Antracnossis. Penyakit ini dapat dibasmi dengan
Fungisida Zinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.
1) Penyakit layu
Penyakit ini muncul bila tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air.
Penyebab:
jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp. Gejala: bila
tanaman tiba-tiba menjadi layu. Pengendalian: (1) dengan memperbaiki
lingkungan pembibitan, seperti memperdalam parit pembuangan air dan
mengurangi naungan yang terlalu rapat; (2) dengan penyemprotan Dithane M
45 secara teratur dan terencana.
2) Daun layu dan kering
Penyebab:
bakteri Phytophthora solanacearum. Gejala: secara mencolok daundaun
berubah warna dari hijau menjadi kuning lalu gugur; beberapa cabang
meranggas dan tanaman akhirnya mati; jaringan kayu pada batang yang
terserang di bawah kulit berwarna hitam atau biru tua dan berbau busuk.
Pengendalian:
tanaman yang terserang penyakit ini harus dibongkar sampai ke
akar-akarnya supaya penyakit tidak menular ke tanaman lain; pencegahan
harus secara terpadu; bibit dan alat-alat pertanian harus bebas dari
kontaminasi bakteri dan karantina tanaman dilakukan secara konsekuen.
3) Bunga dan buah busuk
(1)
Penyebab: Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp.
Gejala: kulit buah hitam dan busuk. (2) Penyebab: Pestalotiopsis sp,
Colletrichum sp, Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp.
Gejala: permukaan kulit buah & kulit biji, kering kecoklatan &
pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk. (3) Penyebab : Botryodiplodia
sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit biji busuk dan
hitam. Pengendalian: (1) perlu dilakukan secara terpadu; (2) untuk
memberantas jamur parasit ini beberapa fungisida yang efektif adalah
Dithane M-
45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:
a) Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada jenisnya.
b) Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.
c) Tekstur daging semu lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma buahnya mirip aroma stroberi.
d) Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.
Ketepatan
masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenan merupakan
faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kali pada
umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70
hari sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu
pada bulan November sampai bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu
gelondong/kacang mete baik, buah yang dipetik harus telah tua.
8.2. Cara Panen
Sampai
saat ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra
jambu mete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif.
a) Cara lelesan
Dilakukan
dengan membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohon dan
jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yang
tua berjatuhan.
b) Cara selektif
Dilakukan secara selektif (buah
langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila buah tidak
memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantu dengan
galah dan tangga berkaki tiga.
8.3. Prakiraan Produksi
Banyaknya
hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4
tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini
meningkat menjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu
mete sebenarnya masih dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi
masa paling produktifnya adalah pada umur 25-30 tahun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Mutu
kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete
tersebut antara lain dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang
berbeda dan perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan
berlangsung. Banyaknya varietas tanaman jambu mete yang ditanam oleh
para petani indonesia menyebabkan mutu mete yang dihasilkan sangat
beragam baik mengenai ukuran
gelondong, warna, rasa, maupun rendamen kacang metenya.
9.2. Pengolahan Gelondong Mete
Pengolahan gelondong mete dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini:
a) Pemisahan gelondong dengan buah semu
b) Pencucian
c) Sortasi dan pengelasan mutu
d) Pengeringan
e) Penyimpanan
9.3. Pengolahan Kacang Mete
Urutan pengolahan kacang mete adalah:
a) Pelembaban gelondong mete
b) Penyangraian gelondong mete
c) Pengupasan kulit gelondong mete
d) Pelepasan kulit ari
e) Sortasi dan pengelasan mutu
f) Pengemasan
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
…
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Jambu
mete mulai berbuah pada umur ± 5 tahun. Panen setiap tahun, hasilnya
meningkat mulai umur 8 - 10 tahun. Setelah itu berbuah lebat hingga
lebih dari 20 tahun. Dengan menanam jambu mete, disamping menjaga
kelestarian tanah dan air, setiap hektar akan diperoleh 100 pohon x 5
kg/pohon x Rp. 500,- = Rp. 250.000,- (tahun 1988)
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Mutu
kacang mete dinilai dari bentuk, ukuran biji, bobot biji dan warna.
Selain itu juga faktor rasa, bau, dan tekstur ikut mem-pengaruhi mutu
kacang mete, terutama dalam hubungannya dengan penerimaan konsumen. Rasa
kacang mete dipengaruhi oleh faktor intrinsik alami, varietas tanaman
dan faktor ekstrinsik seperti tumbuhnya jamur pada kacang dan proses
pengolahannya.
11.2.Diskripsi
Biji
Mete kupas (Cashew Kernels) adalah biji dari buah tanaman jambu mete
yang telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Standar mutu kacang
mete di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI
01-2906-1992.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Jenis/kelas
mutu kacang mete terbagi menjadi 4 kelas (I, II, III dan IV). Adapun
standar atau syarat mutu kacang mete dilihat dari:
a) Kulit ari
b) Biji terkena CNSL
c) Serangga
c) Biji berulat
d) Biji busuk
e) Biji bercendawan/jamur
f) Benda-benda asing
g) Warna (Kelas I: ke-putih-putihan)
h) Bobot maksimum dalam gram/biji: I = 5 gram/biji; II = 5 gram/biji; III = 10 gram/biji.
h) Kadar air dalam maksimum %: I = 16%; II = 15% ; III = 15%.
i) Keutuhan biji mete ( utuh, belah, pecah, tidak termasuk biji utuh)
11.4.Pengambilan Contoh
Contoh
diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah peti/karton
dengan maksimum 30 peti/karton dari tiap partai barang, kemudian tiap
peti/karton diambil contoh kurang lebih 500 gram Contoh-contoh tersebut
diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian
diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai
mencapai contoh seberat 1000 gram
Contoh kemudian disegel dan diberi label.
11.5.Pengemasan
Pengemasan
tidak dapat meningkatkan atau memperbaiki mutu, tetapi hanya
mempertahankan atau melindungi mutu produk yang dikemas. Oleh karena itu
hanya produk yang baik yang perlu dikemas. Produk yang rusak atau busuk
yang ada dalam kemasan akan menjadi kontaminasi dan infeksi bagi produk
yang masih sehat. Akibatnya produk tidak akan laku di pasaran.
Kacang
mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara
4-6%, yang dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan
karbondioksida. Kaleng kemasan yang digunakan sama dengan kaleng minyak
tanah atau minyak goreng, tetapi sebaiknya yang masih baru, bersih,
kering, kedap udara dan tidak bocor, serta harus bebas dari infeksi
serangga dan jamur serta tidak karatan. Bagian luar peti/karton
pembungkus ditulis dengan cat yang tidak mudah luntur dan
jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang.
c) Nama perusahaan/eksportir.
d) Jenis mutu.
e) Nomor kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Negara/tempat tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar