1. | SEJARAH SINGKAT |
| Tanaman
jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan
biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari
Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis
orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal
menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang
Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. |
2. | JENIS TANAMAN |
| Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Kingdom | : Plantae (tumbuh-tumbuhan) |
Divisio | : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) |
Sub Divisio | : Angiospermae (berbiji tertutup) |
Classis | : Monocotyledone (berkeping satu) |
Ordo | : Graminae (rumput-rumputan) |
Familia | : Graminaceae |
Genus | : Zea |
Species | : Zea mays L. |
Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.
a) | Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:
1. | Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna. |
2. | Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida
C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4,
Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu. |
3. | Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima dan Harapan. |
|
b) | Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:
1. Dent Corn
2. Flint Corn
3. Sweet Corn
4. Pop Corn
5. Flour Corn
6. Pod Corn
7. Waxy Corn |
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur
pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain
yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung
bersari bebas.
Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu,
Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas,
Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1),
Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula,
Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor
Composite-2. |
3. | MANFAAT TANAMAN |
| Tanaman
jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.
Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan
kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan
pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan
padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai
makanan pokok.
Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat
penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab
hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam keperluan antara lain:
a) | Batang dan daun muda: pakan ternak |
b) | Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos |
c) | Batang dan daun kering: kayu bakar |
d) | Batang jagung: lanjaran (turus) |
e) | Batang jagung: pulp (bahan kertas) |
f) | Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng |
g) | Biji
jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti
jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit,
kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri
farmasi, dextrin, perekat, industri textil. |
|
4. | SENTRA PENANAMAN |
|
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung
adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I.
Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya
tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi
tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. |
5. | SYARAT PETUMBUHAN
Tanaman
jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut
persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada
berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak
kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung
menghendaki beberapa persyaratan. |
|
5.1. | Iklim
1. | Iklim
yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman
jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50
derajat LU hingga 0-40 derajat LS. |
2. | Pada
lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan
tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian
biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan,
dan menjelang musim kemarau. |
3. | Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang
kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. |
4. | Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34
derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman
yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat
C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu
yang cocok sekitar 30 derajat C. |
5. | Saat
panen jagung yang jatuh pada musim kemarau
akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. |
|
5.2. | Media Tanam
1. | Jagung
tidak memerlukan persyaratan tanah yang
khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal
tanah harus gembur, subur dan kaya humus. |
2. | Jenis
tanah yang dapat ditanami jagung antara lain:
andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol,
tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat
(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil
yang baik dengan pengolahan tanah secara baik.
Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang
terbaik untuk pertumbuhannya. |
3. | Keasaman
tanah erat hubungannya dengan ketersediaan
unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. |
4. | Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. |
5. | Tanah
dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat
ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya
erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. |
|
5.3. | Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang
memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl
merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman
jagung. |
|
6. | PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. | Pembibitan
- Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya
bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas
unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur
benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak
tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat
diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat.
Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat
bergantung pada
kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih.
Penggunaan benih jagung hibrida biasanya
akan menghasilkan produksi yang lebih
tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai
beberapa kelemahan dibandingkan varietas
bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal
dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan
dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas
unggul jagung untuk dipilih sebagai benih
adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida
Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1,
Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning,
Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi,
Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain
itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan
adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3,
Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).
- Pemindahan Bibit
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur
dulu dengan fungisida seperti Benlate,
terutama apabila diduga akan ada serangan
jamur. Sedangkan bila diduga akan ada
serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya
benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan
insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3
G.
|
|
6.2. | Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki
kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan
bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah,
drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki.
Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak
terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
- Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan
memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah
yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah
yang akan ditanami (calon tempat barisan
tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.
Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih
banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu
dihaluskan dan diratakan.
- Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan
membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang
cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan
ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan
dan pengolahan tanah dengan bajak.
- Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter
dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan
kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
- Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah
harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan
berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap
2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara
menyebar kapur secara merata atau pada
barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat
pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan
cara disebar pada barisan tanaman.
- Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak
menjamin ketersediaan hara yang cukup maka
harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang
dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada
kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran
dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100
kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) | Pemupukan
dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1
bagian pupuk TSP diberikan saat tanam,
7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam
5 cm lalu ditutup tanah; |
b) | Susulan
I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah
1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah
tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri
dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di
tutup tanah; |
c) | Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari. |
|
|
6.3. | Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memiliki arti penting dalam
sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam
ini berarti memanfaatkan dan memadukan
berbagai komponen yang tersedia (agroklimat,
tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan
sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti
di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan
memperhatikan curah hujan (terutama pada
daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung
dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas
yang ditanampun perlu disesuaikan dengan
keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a) | Tumpang
sari (Intercropping), melakukan
penanaman lebih dari 1 tanaman (umur
sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama
umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari
beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi
gogo. |
b) | Tumpang
gilir (Multiple Cropping), dilakukan
secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat
keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi
gogo, kacang tanah, ubi kayu. |
c) | Tanaman
Bersisipan (Relay Cropping): pola
tanam dengan cara menyisipkan satu atau
beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu
yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang
tanah, waktu jagung menjelang panen
disisipkan kacang panjang. |
d) | Tanaman
Campuran (Mixed Cropping): penanaman
terdiri atas beberapa tanaman dan
tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya,
semua tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi
riskan terhadap ancaman hama dan penyakit.
Contoh: tanaman campuran seperti
jagung, kedelai, ubi kayu. |
- Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal.
Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar
benih tidak terhambat pertumbuhannya.
Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang
hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan
umur panennya, semakin panjang umurnya,
tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan
tempat yang lebih luas.
Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu
panen = 100 hari sejak penanaman, jarak
tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman
/lubang). Jagung berumur sedang (panen
80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
Sedangkan jagung berumur pendek (panen <>
- Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang
ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan
jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang
ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak
dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang
atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan
atau waktu musim hujan hampir
berakhir, benih jagung ini dapat ditanam.
Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama
pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat
penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan
lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah
kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2
hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman
dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang
membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1
orang lagi memasukkan pupuk dasar dan
menutup lubang). Jumlah benih yang
dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki,
bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang
dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1
tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
- Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya
ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah
hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di
lahan kering ditanam pada awal musim hujan
dan akhir musim hujan.
|
|
6.4. | Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman.
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan
jumlah tanaman per lubang sesuai dengan
yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang
tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki
hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting yang
tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak
boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman
lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah
tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan
sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan
benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam.
- Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan
lahan dari tanaman pengganggu (gulma).
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil,
garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan
ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram
tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah
tanaman berumur 15 hari.
- Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh
posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah
rebah. Selain itu juga untuk menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman
berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.
Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan
yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga
biasanya pembubunan dilakukan bersama
dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman
berumur 1 bulan.
- Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap
hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100
kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan
dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama
(pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu
tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I),
pupuk diberikan setelah tanaman jagung
berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada
tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk
diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu
atau setelah malai keluar.
- Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab. Pengairan berikutnya
diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman
tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air
yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan
air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan
setelah terlihat adanya hama yang dapat
membahayakan proses produksi jagung. Adapun
pestisida yang digunakan yaitu pestisida
yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan
penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian
musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang,
sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
|
|
|
7. | HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. | Hama
a. | Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala :
daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan;
di sekitar bekas gigitan atau bagian yang
terserang mengalami pembusukan, akhirnya
tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil atau mati.
Penyebab :
lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat
abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab
bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna
telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5
mm.
Pengendalian :
(1) penanaman serentak dan penerapan
pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus
siklus hidup lalat bibit, terutama setelah
selesai panen jagung; (2) tanaman yang
terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan,
agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal
penanaman hendaklah dijaga dan selalu
diperhatikan terutama terhadap tanaman inang
yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian
secara kimiawi insektisida
yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion
40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan
Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat
mengikuti aturan pakai. |
b. | Ulat pemotong
Gejala :
tanaman jagung yang terserang biasanya
terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah
yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada
batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih
muda itu roboh di atas tanah.
Penyebab :
beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A.
ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang
jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian :
(1) bertanam secara serentak pada areal yang
luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman;
(2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat
tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah;
(3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot
terlebih dahulu dengan insektisida. |
|
7.2. | Penyakit
a. | Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab :
cendawan Peronosclero spora maydis dan P.
spora javanica serta P. spora philippinensis.
yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat
C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala :
(1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun
runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang
terhambat, warna menguning, sisi bawah daun
terdapat lapisan spora cendawan warna putih;
(2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang
terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah
warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal
daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada
tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan
pada daun tua.
Pengendalian :
(1) penanaman dilakukan menjelang atau awal
musim penghujan; (2) pola tanam dan pola
pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul;
(3) dilakukan pencabutan tanaman yang
terserang, kemudian dimusnahkan. |
b. | Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab : cendawan Helminthosporium turcicum.
Gejala :
pada daun tampak bercak memanjang dan teratur
berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat,
bercak berkembang dan meluas dari ujung daun
hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak
basah, kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua.
Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian :
(1) pergiliran tanaman hendaknya selalu
dilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2)
mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar
kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan
pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan
4 F.
|
c. | Penyakit karat (Rust)
Penyebab : cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw.
Gejala :
pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah
tua terdapat titik-titik noda yang berwarna
merah kecoklatan seperti karat serta terdapat
serbuk yang berwarna
kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang
dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi
bermacam-macam bentuk.
Pengendalian :
(1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2)
menanam varietas unggul atau varietas yang
tahan terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi
pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi
menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai
dan bercak daun. |
d. | Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab :
cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago
zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis
DC.
Gejala :
pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan
ini ke dalam biji sehingga terjadi
pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall),
pembengkakan ini menyebabkan pembungkus
terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari
pembungkus dan spora tersebar.
Pengendalian :
(1) mengatur kelembaban areal pertanaman
jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2)
memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3)
benih yang akan ditanam dicampur dengan
fungisida secara merata hingga semua permukaan
benih terkena. |
e. | Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab :
cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain
Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi
(Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala :
dapat diketahui setelah membuka pembungkus
tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu
atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi
warna coklat sawo matang.
Pengendalian :
(1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan
pergiliran tanam, mengatur jarak tanam,
perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan
fungisida setelah ditemukan gejala serangan. |
|
|
8. | P A N E N
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung
tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen.
Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung
juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak
lunak, masak tua dan masak kering/masak mati. |
|
8.1. | Ciri dan Umur Panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) | Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam. |
b) | Jagung
siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai
mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada
biji bagian lembaga. |
C) | Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas. |
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen
sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter
tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus
dan dibakar, dipanen ketika matang susu.
Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila
biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan
putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan
ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya
dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya:
sebagian besar daun dan kelobot telah menguning.
Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat
kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji
pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas. |
8.2. | Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah
dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau
dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah
jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok
bila menggunakan alat mesin pemetikan. |
8.3. | Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat,
kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas,
butir jagung menjadi keriput bahkan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan
alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15
sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga.
Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung
rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi
dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman berbunga
atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen
jagung sayur dan umur panen jagung masak mati. |
8.4. | Prakiraan Produksi
Produksi jagung di suatu negara sering mengalami
pasang surut. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian
dengan ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai
imbangan berkurangnya lahan, maka totalitas produksi
tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan pemupukan sangat penting
untuk mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi hasil
cukup tinggi, cara untuk mendapatkan produksi pada
tingkat optimal yang dilakukan oleh petani, baru
memberikan hasil 17 ton/ha. |
|
9. | PASCA PANEN
Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses
lanjutan yang merupakan serangkaian pekerjaan yang
berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau
dipasarkan. |
|
9.1. | Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang
atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan ini
dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam
tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar
biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan
tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan
pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung
masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai
dipanen, kelobot segera dikupas. |
9.2. | Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami
atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di
bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11
%. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8
hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan
alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk
menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan.
Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi
prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di
dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43
derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.
Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan
pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang
diinginkan. |
9.3. | Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil.
Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil
jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada
dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses
perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari
tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka
antara biji dan tongkol perlu dipisahkan. |
9.4 | Penyortiran dan Penggolongan
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji
jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja
yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan
kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang
antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji
pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan.
Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau
menekan serangan jamur dan hama selama dalam
penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki
peredaran udara.
Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai
benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam,
biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran
buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk
menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai
cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran.
Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses
pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik. |
|
10. | ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. | Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya dengan luas lahan
penanaman 1 ha, jenis jagung Hibrida C1 pada tahun
1999 per musim tanam (3 bulan) di daerah Jawa Barat:
1) Biaya produksi
1. | Sewa 1 hektar per musim tanam
| Rp. 375.000,- |
2. | Bibit: benih jagung 20 kg @ Rp. 15.000,- | Rp. 300.000,- |
3. | Pupuk
- Urea: 300 kg @ Rp. 1.500,-
- SP 36: 100 kg @ Rp.1.900,-
- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- |
Rp. 450.000,-
Rp. 190.000,-
Rp. 82.500,- |
4. | Pestisida
- Insektisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- |
Rp. 100.000,- |
5. | Tenaga kerja
- Pengolahan lahan
- Penanaman: 20 OH @ Rp. 10.000,-
- Penyiangan dan pembumbunan (borongan)
- Pemupukan: 20 OH @ Rp. 10.000,-
- Pemeliharaan lain |
Rp. 450.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 50.000,- |
6. | Panen | Rp. 150.000,- |
7. | Biaya lain-lain | Rp. 100.000,- |
| Jumlah biaya produksi | Rp. 2.697.500,- |
2) | Pendapatan: 5.500 kg.@ Rp. 650,-
| Rp. 3.575.000,- |
3) | Keuntungan bersih | Rp. 877.500,- |
4) | Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio |
= 1,325 |
|
10.2. | Gambaran Peluang Agribisnis
Berdasarkan statistik yang ada permintaan produk
jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan
industri di dalam negeri. Impor jagung jumlahnya
sudah cukup besar terutama dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang sedang berkembang
dewasa ini. |
|
11. | STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. | Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar
klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan
rekomondasi. |
11.2. | Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam
Standar Nasional Indonesia SNI 01-03920-1995. |
11.3. | Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan
menjadi jagung kuning (bila sekurang-kurangnya 90%
bijinya berwarna kuning), jagung putih (bila
sekurangkurangnya bijinya berwarna putih) dan jagung
campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut.
Dalam perdagangan internasional, komoditi jagung kering dibagi
dalam 2 nomor HS dan SITC berdasarkan penggunaannya yaitu
jagung benih dan non benih.
a) Syarat Umum
1. | Bebas hama dan penyakit. |
2. | Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya. |
3. | Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida. |
4. | Memiliki suhu normal. |
b) Syarat Khusus
1. | Kadar air maksimum (%): mutu I=14; mutu II=14; mutu III=15; mutu IV=17. |
2. | Butir rusak maksimum (%): mutu I=2; mutu II=4; mutu III=6; mutu IV=8. |
3. | Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=7; mutu IV=10. |
4. | Butir pecah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3; mutu IV=3. |
5. | Kotoran
maksimum (%): mutu I=1; mutu II=1; mutu III=2;
mutu IV=2. Untuk mendapatkan standar mutu yang
disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya:
a) | Penentuan
adanya hama dan penyakit, baru dilakukan
dengan cara organoleptik kecuali adanya
bahan kimia dengan menggunakan indera
pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan
peralatan dan cara yang diperbolehkan. |
b) | Penentuan
adanya rusak, butir warna lain, kotoran
dan butir pecah dilakukan dengan cara
manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel.
Persentase butir-butir warna lain, butir rusak,
butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat
masing-masing komponen dibandingkan
dengan berat contoh analisa x 100 % |
c) | Penentuan
kadar air biji ditentukan dengan
moisturetester electronic atau “Air Oven
Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15).
Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme
cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah
jumlah semua jenis aflatoxin yang
terkandung dalam biji-biji kacang tanah. |
|
|
11.4. | Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat
dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap
partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil
contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut
diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat
dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh
seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label
untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram. |
11.5 | Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai
persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat netto
maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling” baik
waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah)
ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan
jelas terbaca antara lain:
a) Produce of Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar