1. | SEJARAH SINGKAT |
| Anggrek
merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya
indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak
50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di
Indonesia. |
2. | JENIS TANAMAN |
| Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah. Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
1. | Anggrek Ephytis
adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon
lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi.
Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya,
sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan
adalah akar udara. |
2. | Anggrek semi Ephytis
adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang
ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi
seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. |
3. | Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah. |
|
3. | MANFAAT TANAMAN |
| Manfaat
utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga
anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu
anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan,
bahan minyak wangi/minyak rambut. |
4. | SENTRA PENANAMAN |
|
Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan
di Asia adalah Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak
terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra ataupun di Irian
Jaya. |
5. | SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. | Iklim
1. | Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek. |
2. | Sinar
matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman
ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung
pada jenis tanaman anggrek. |
3. | Suhu
minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7
derajat C. Jika suhu udara malam berada di bawah
12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan
untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng). |
4. | Tanaman
anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus
menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara
di siang hari 65-70 %. |
|
5.2. | Media Tanam Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1. | Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari: 1. Serat Pakis yang telah digodok. 2. Kulit kayu yang dibuang getahnya. 3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu. 4. Ijuk. 5. Potongan batang pohon enau. 6. Arang kayu . 7. Pecahan genting/batu bata. 8. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.
Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel
pada media untuk mencari makanan, perlu
diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk
kandang/daun-daunan. |
2. | Media untuk anggrek Terrestria
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu
ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang,
darah binatang, serat pakis dan lainnya. |
3. | Media untuk anggrek semi Terrestria
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan
genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang
sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan
genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya.
Derajat keasaman air tanah yang dipakai adalah
5,2. |
|
5.3. | Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. | Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C
pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari,
dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl.
Contoh jenis anggrek ini adalah: 1. Dendrobium phalaenopsis 2. Onchidium Papillo 3. Phaphilopedillum Bellatum |
2. | Anggrek
sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) Anggrek
sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C
dan 15–21 derajat C, pada malam hari, dengan ketinggian
150-1500 m dpl. |
3. | Anggrek
dingin (lebih dari 1500 m dpl) Anggrek dingin
jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu
udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9–15 derajat
C pada malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh:
anggrek jenis Cymbidium. |
|
|
6. | PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. | Pembibitan
- Persyaratan Bibit
Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul
mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk
batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur,
bunga lebat dan indah.
- Penyebaran Biji
Bibit anggrek berasal dari biji yang
disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek
sebagai berikut:
a) | Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih. |
b) | Mensterilkan biji
Sebelum biji disebar harus disterilkan
dulu dengan 10 gram kaporit
dilarutkan dalam 100 cc air kemudian
saring kertas filter, dimasukkan ke
dalam botol. Biji dimasukan dalam botol dan
digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula
kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan).
Kemudian air dibuang dan diganti dengan
aquades, digojog berulang kali (2–3
kali). |
c) | Penyebaran biji anggrek
Botol-botol yang telah disterilkan dapat
digunakan untuk menyebaran biji
anggrek. Sebelum botol dibuka, leher
botol dipanaskan di atas lampu
spritus untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan
biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet
yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan
di atas lampu spritus sampai merah kemudian
dicelup kedalam spritus. Botol yang
telah terbuka kemudian diisi biji
anggrek dan diratakan keseluruh
permukaan alas makanan yang telah disediakan.
Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di
atas spritus kemudian ditutup kembali. |
- Teknik Penyemaian Benih
a) | Memeriksaan
dengan mikroskop, baik atau tidaknya
biji anggrek, yang kosong berwarna
putih dan yang isi kuning coklat/warna
lain. |
b) | Mempersiapkan
botol yang bermulut lebar bersih dan
tidak berwarna agar dapat meneruskan
cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat. |
c) | Tutup
botol dari kapas digulung-gulung
sampai keras, ujung diikat tali untuk memudahkan
dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong
potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar
bakteri/jamur tidak masuk sehingga
tidak terinfeksi atau terkontaminasi. |
d) | Mempersiapkan
lemari kaca (ent-kas) yang bersih
dari bakteri/jamur dengan kain yang
sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan
dengan kapas dipiring dituangi formalin supaya
menguap mensterilkan kaca (ent-kas). |
e) | Pembuatan
sterilsasi alas makanan dan untuk
membuat alas makanan anggrek biasanya
dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
- Ca(NO3)2H2O
- KH2PO4
- MgSO47H2O
- (NH4)2SO4
- Saccharose
- FeSO4 4H2O
- MnSO4
- Agar-agar
- Aquadest
| : 1,00 gram : 0,25 gram : 0,25 gram : 0,25 gram : 20 gram : 0,25 gram : 0,0075 gram : 15–17,5 gram : 1000 cc |
|
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2,
dipergunakan pH meter/kertas pH
tekstil/Indikator Paper. Sterilisasi dengan
cara dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai
110 derajat C selama setengah jam atau dengan dandang
kemudian diletakan pada tempat bersih, dengan posisi
miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3 tinggi
botol (dari alas sampai ke leher botol) dan
didiamkan selama 5–7 jam untuk mengetahui
sterilisasi yang sempurna.
- Pemindahan Bibit
Setelah
tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan
terlihat besar, tumbuh akar. Dalam tingkat
ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam
pot penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16
cm yang berlubang. Siapkan pecahan genting, dan akar
pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5–30
mm sehingga serabutnya terlepas satu sama
lainnya. Sebelum
dipakai terlebih dulu dicuci bersih dan biarkan
airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam
dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:
a) Urea atau ZA | : 0,50 mg |
b) DS, TS atau ES | : 0,25 mg |
c) Kalium sulfat atau K2SO4 | : 0,25 mg |
d) Air | : 1000 cc |
Alaternatif lain sebagai alas makanan,
dapat juga dipakai pupuk buatan campuran
unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau
dapat juga digunakan pupuk kandang yang
telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk
kandang = 4:1. Selain itu dapat
digunakan kulit Pinus yang di potong kecil
sebesar biji kacang tanah, yang telah direndam
dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24 jam.
Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu
bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar
ibu jari.
Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting
1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi remukan
pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi
pot/layah (tidak perlu dipadatkan).
Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan
mengeluarkan tanaman di botol dengan
memasukkan air bersih ke dalam botol.
Dengan kawat bersih berujung seperti huruf
U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu).
Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian
dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam
dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam
botol sudah terjadi kontaminasi jamur
sebaik lebih dulu direndam di dalam
antibiotic (penicillin, streptomycin yang telah lewat
expirydatenya) 10 menit baru ditanam.
- Pemindahan dari Pot Penyemaian
Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup
tinggi, maka tanaman dipindahkan ke pot
biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi
potongan genting/batu bata merah, kemudian
beri pakis/kulit pinus yang telah direndam
dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi
pot.
|
|
6.2. | Pengolahan Media Tanam Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:
a) | Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman).
Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu
dipasang tiang di tengah-tengah pot, kemudian
pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan
di tengah dan akarnya disebar merata dalam pot,
kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot
diisi pupuk kandang yang telah dicampur sesuai
dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot. |
b) | Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam.
Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar
40 cm dan tinggi bak 2 lapis batu bata merah.
Pembuatan bak ini di atas tanah untuk
menghindari dari kebecekan, di tanah kering
digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata
ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang
lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yang ditancapkan
ke dalam tanah dengan ketinggian masingmasing
1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan
dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut
merupakan suatu rangkaian. |
|
6.3. | Teknik Penanaman Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman anggrek, yaitu:
1) | Anggrek
Ephytis adalah anggrek yang menupang pada
batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan
yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang dipakai untuk
menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya
untuk mencari makanan adalah akar udara. |
2) | Anggrek
semi Ephytis adalah jenis anggrek yang
menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak
yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti
akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. |
3) | Anggrek tanah/anggrek Terrestris. |
|
6.4. | Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada
tempat yang disesuaikan dengan jenis
anggrek, yang sifatnya epphytis atau
anggrek tanah.
- Penyiangan
Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada
waktu pada kondisi di dalam botol kemudian
dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah
disediakan sesuai jenis anggrek.
- Pemupukan
Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam
jumlah besar yang meliputi: C, H, O, N, S,
P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur
yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit,
antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si,
dst. Unsur makro dan unsur mikro dapat
diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau
air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya. Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
a) | Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih
banyak dibutuhkan untuk pembentukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Unsur N diambil dari pupuk ZA/urea,
untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan
K dari Kalium Sulfat (K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K: 1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air 2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air 3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air |
b) | Pemupukan
untuk ukuran sedang (mid-size)
dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=3:3:3
yang sama banyak disini tidak memerlukan tambahan
pupuk, maka dapat dususun sendiri pupuk yang
mengandung N, P, K dengan cara misalnya :
1. Urea | : 0,3 gram untuk 1 liter air |
2. Ds | : 0,3 gram untuk 1 liter air |
3. K2SO4 | : 0,3 gram untuk 1 liter air |
|
c) | Pemupukan
untuk ukuran berbunga
(flowerings-size) Tanaman yang sudah berbunga
dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1. |
Teknik pemberian pupuk buatan adalah:
a) | Dalam
bentuk padat/powder yang dilakukan
dengan menaburkan secara hati-hati,
jangan tersangkut pada daun/batangnya yang menyebabkan
daun/batang tadi dapat terbakar. |
b) |
Disiramkan, yang mana anggrek dapat
menyerap air dan garam-garam yang terlarut
di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana. |
c) | Penyemprotan,
cara ini sangat baik apabila terjadi
pembusukan akar didalamnya, maka
akarnya ditutup plastik. |
Pupuk kandang yang sering digunakan adalah
kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam
dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk
kandang selain mengandung bermacam-macam
unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat membantu
dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau.
Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam
kotoran banyak bateri yang mengandung
jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih
dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di
dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik dilakukan
pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul
5.00 sore.
- Pengairan dan Penyiraman
Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:
a) | Air
Ledeng, baik untuk menyiram karena
jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi
maka perlu diturunkan dengan menambah suatu
asam misalnya HCl. PH yang baik sekitar 5,6-6. |
b) | Air
sumur, baik untuk menyiram karena
banyak mengandung mineral dari tanah
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur
di daerah kapur harus diperhatikan pHnya. |
c) | Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk menyiraman. |
d) | Air
kali/air selokan, tetapi kita tidak
tahu pasti apakah air itu mengandung jamur,
bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak.
Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin
cukup baik. |
Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek
adalah mengetahui sifat-sifat dari isian
pot supaya bisa mengatur banyaknya air
untuk menyiram. Adapun macam isian pot dan
sifat diuraikan sebagai berkut:
a) | Pecahan
genting/pecahan batu merah, yang
mana mudah menguapkan air dan sifat anggrek
yang tidak begitu senang dengan air sehingga
tidak mudah untuk lumutan. Untuk pecahan genting
lebih kecil daya serapnya lebih banyak dan
untuk siraman lebih sedikit. |
b) | Potongan
sabut kelapa, pemakaian serabut
kelapa lebih baik untuk digunakan di
daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau
penggunaan di daerah dingin tidak menguntungkan
karena mudah busuk. |
c) | Remukan
akar pakis yang hitam, keras dan
baru tidak mudah untuk menyerap air,
setelah beberapa bulan banyak menyerap air.
Akar pakis yang coklat dan lunak lebih mudah
menyerap dan menahan air. |
d) | Potongan
kulit pakis, dimana media ini sukar
sekali untuk penyerapan air, mudah
terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan
kecil dan jika potongan kecil penyerapan air
lebih banyak. |
Bagi tanaman yang sudah besar pedoman
penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan
dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu
pagi hari, lebih baik pada sore hari
sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman
anggrek sehat, dilakukan rutin kurang
lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi
tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang
3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun
seminggu sekali. Adapun jenis insektisida
dan dosis yang digunakan untuk hama antara
lain:
a) | Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun |
b) | Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun |
c) | Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu |
d) | Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu |
e) | Metadeks
dosis dibasahi air, dicampur dedak
6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot
air |
f) | Falidol
E.605 dosis dibasahi air, dicampur
dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong
dan bekicot air |
Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
a) | Menyebarkan
obat sekitar pot anggrek dengan
mencampur antara obat Metadeks ke dedak
halus di tambah air sedikit. |
b) | Membuat
larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP
dicampur dengan 1 liter air atau 6–8
cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian
pot tanaman anggrek direndam dalam larutan tersebut
selama beberapa waktu dan diulang satu minggu
sekali. |
|
|
|
7. | HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. | Hama
1. | Tungau/kutu perisai Gejala:
menempel pada pelepah daun; berwarna
kemerahan jumlahnya banyak; bekas serangan
berupa bercak hitam dan merusak daun. Pengendalian:
digosok dengan kapas dan air sabun; apabila
serangan sudah parah, harus disemprot oleh
insektisida dengan dosis 2 cc/liter. |
2. | Semut Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan. Pengendalian:
pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan
bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung. |
3. | Belelang Gejala:
pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak
beraturan. Untuk jenis belalang berukuran
kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian:
segera semprotkan insektisida yang bersifat
racun kontak/yang sistematik; bila jumlahnya
sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh. |
4. | Trips Gejala:
menempel pada buku-buku batang dan daun muda;
menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun dan
merusak bunga hingga bentuk bunga tidak
menarik. Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot insektisida. |
5. | Kutu babi Gejala:
kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat
semut; tapi tidak menyerang tunas daun. Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari pot anggrek. |
6. | Keong Gejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian:
dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh;
bila jumlah banyak perlu memakai
insektisida/dijebak dengan bubuk prusi. |
7. | Red Spinder Gejala:
bercak putih di bagian bawah daun; permukaan
atas menjadi kuning dan lama kelamaan daun
mati. Pengendalian:
bila sedikit cukup diambil dengan menggunakan
isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan
alkohol; apabila banyak maka perlu menggunakan
insektisida dengan bahan aktif diazinon,
dicofol. |
8. | Kumbang Gejala:
yang terserang akan berlubang-lubang khusus
kumbang penggerek batang kerusakannya berupa
lubang di tengah batang dan tidak nampak dari
luar; Larvanya yang menetas dari telur merusak
daun anggrek. Pengendalian:
menyemprotkan tanaman yang diserang dengan
menggunakan insektisida sistemik secara rutin;
bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang
dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan
media tanam yang baru pula. |
9. | Ulat daun Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang sedang mekar. Pengendalian:
kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat
dibunuh dengan tangan; bila banyak dapat
menggunakan insektisida sistemik; tanaman yang
telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan
tanaman yang masih sehat. |
10. | Kepik Gejala:
menghisap cairan daun tanaman anggrek,
sehingga menyebabkan bintik putih/kuning;
tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul
dan tidak berhijau daun lagi. Pengendalian:
semprotkan insektisida yang sama seperti untuk
membasmi serangga lainnya, seperti ulat,
kumbang dan trips. |
11. | Kutu tudung Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat dan mati. Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan trips. |
|
7.2. | Penyakit
1. | Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora
cendawan ini terbawa oleh biji anggrek karena
tutup botol tidak steril. Gejala:
biji anggrek tidak mampu berkecambah dan
persemaian dalam botol akan gagal; kecambah
yang telah tumbuh kalau diserang cendawan ini
akan mati/layu. Pengendalian:
pada awal serangan media agar dikeluarkan dari
botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan
dengan steriil; kalau kecambah anggrek
terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol
dan dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam
dalam pot. |
2. | Penyakit rebah kecambah
Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam
persemaian. Penyebaran penyakit ini lewat air. Gejala:
semula berupa bercak kecil bening pada
permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas
sampai pada titik tumbuh pada tunas serta ke
bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan
membusuk dan mati. Pengendalian:
bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang,
dibakar sampai musnah. Pot dan kumpulan
kecambah dikeringkan dan disemprot dengan
fungisida. |
3. | Penyakit bercak coklat
Kecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap
bakteri ini, terutama pada cuaca sangat lembab.
Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka
pada daun. Sentuhan daun yang sakit pada daun
sehat dapat menularkan penyakit ini. Gejala:
bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam
beberapa hari dapat meluas ke seluruh kompot,
daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati.
Penyakit ini sangat ganas, karena mematikan dan
cepat menular. Pengendalian:
sangat sulit penyakit ini pada awal serangan.
Pada serangan yang parah, tidak ada jalan lain
kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek. |
4. | Penyakit bercak hitam
Pada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat
menular malalui akar dan alat yang tidak
sterill Gejala:
timbul warna coklat kehitaman pada bagian
tanaman yang terserang. Mulai dari daun ke atas
sampai ke tunas dan ke bawah hingga ujung
akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan
mengakibatkan kematian. Pengendalian:
bagian yang terserang dipotong dan dibuang
atau disemprotkan fungisida; alat-alat potong
disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan. |
5. | Penyakit busuk akar Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala:
akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi
batang, daun dan umbi batang menguning,
berkeriput, tipis dan bengkok, tanaman kerdil
dan tidak sehat. Pengendalian:
semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan
dibuang; bekasnya disemprot dengan fungisida
(Benlate). |
6. | Penyakit layu Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala:
mirip serangan penyakit busuk akar, namun pada
rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran
berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh
rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada
umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian:
bagian yang terserang dibuang lalu bekasnya
disemprotkan Benlate. Tanaman segera
dipindahkan ke media tanam baru, yang masih
segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran
udara yang lancar di sekitar tanaman. |
7. | Penyakit busuk Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala:
terdapat bintil-bintil kecil berwarna coklat
pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian:
bagian tanaman yang sakit dipotong dan
dibuang. Media tanaman dan seluruh pot
didesinfektan dengan larutan formalin 4 %
ataupun fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 % selama 1 jam. |
8. | Penyakit bercak coklat Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman. Pengendalian:
membuang semua bagian yang sakit, lalu
semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin
atau Physan 20. |
9. | Penyakit busuk lunak Penyebab: bakteri Erwinia Cartovora. Gejala:
daun dan akar membusuk serta berbau. Penyakit
ini cepat sekali meluas namun khusus pada
rhizoma dan umbi batang, penyebarannya agak
lambat. Pengendalian:
peralatan kebun harus steril, bagian yang
sakit dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan
20, pot tanaman disemprot dengan formalin 4 %. |
10. | Penyakit bercak bercincin Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum). Gejala: timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Pengendalian:
hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian
tanaman yang sakit serta menstrerilkan semua
alat potong. |
11. | Penyakit Cymbidium Penyebab: virus Mozaic Cymbidium. Gejala:
semula berupa bercak kekuningan lalu muncul
jaringan mati berbintik, bergaris atau
lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak tadi
berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada
gejala kematian jaringan di tengah daun yang dilingkari
jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan adanya
bintik jaringan yang mati. Pengendalian:
hanya bersifat pencegahan yaitu membuang
bagian tanaman yang sakit, serta mensterilkan
segala alat yang dipakai. |
12. | Penyakit busuk hitam Penyebab: cendawan Phytopytora Omnivora. Gejala:
muncul warna kehitaman pada pangkal daun, lalu
melunak dan busuk, akhirnya daun mati.
Pengendalian: semprotkan fungisida seperti
Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan,
Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung
gunakan dosis 2 gram/2 liter air. |
|
|
8. | P A N E N |
|
8.1. | Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya.
Umumnya tanaman angrek dewasa berbunga setelah 1-2
bulan ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan
kira-kira 2 tangkai dengan jumlah kuntum sebanyak
20-25 kuntum pertangkai. |
8.2. | Cara Pemetikan Bunga
Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan
dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal tangkai bunga
dengan menggunakan alat potong yang bersih. |
8.3. | Perkiraan Produksi
Bibit anggrek yang sudah dewasa dan sesudah 2 bulan
tangkai bunga akan menghasilkan 2 tangkai dengan
jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai. |
|
9. | PASCA PANEN |
|
9.1. | Pengumpulan
Pengumpulan bunga anggrek dilakukan berdasarkan
permintaan pasar. Jenis anggrek Dendrobium dapat
dipanen dalam bentuk: a) Tanaman muda untuk bibit b) Tanaman dewasa untuk tanaman hias c) Bunga potong
Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam bentuk pot
kecil, sedangkan tanaman dewasa biasanya tanaman
sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih tangkai
yang kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup
tersisa 1–3 kuntum). |
9.2. | Penyortiran dan Penggolongan
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun
luka. Selanjutnya bunga dikelompokan sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuran
bunga dengan maksud untuk mempertahanankan nilai jual
sehingga bunga yang bagus tidak turun harganya. |
9.3. | Penyimpanan Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga, sehingga dilakukan pada saat:
a) | Bunga baru saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai. |
b) | Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut. |
c) | Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen. |
Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan
tujuan agar penurunan mutu lebih lambat bunga tetap
segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengan cara
penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air
hangat (38–43 derajat C) selama 2 jam. Larutan bahan
pengawet tersebut antara lain:
a) | Larutan seven up dengan kadar 30 %. |
b) | 2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) dan 1 gram asam sitrat per 10 liter. |
c) | 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1 gram asam sitrat per 10 liter. |
d) | Larutan gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter. |
Pengawetan untuk bunga yang dikirim jauh adalah
dengan merendam tangkainya dalam larutan gula dengan
kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan dalam
kantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2)
dinaikkan dengan menggunakan es kering atau disimpan
pada ruangan dengan kondisi udara antara 0–5 derajat C.
|
9.4. | Pengemasan dan Pengangkutan Setelah dilakukan pembersihan, pemilihan dan pengawetan bunga dendrobium potong dipak melalui cara:
1) | Setiap
sepuluh tangkai dibungkus bagian pucuk dengan
menggunakan kantong plastik tipis, ukuran
disesuaikan tergantung panjang tangkai. |
2) | Setiap
pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian
dibungkus kantong plastik ukuran panjang 8 cm
dan lebar 4 cm. |
3) | Pembungkus bunga dan pembungkus pangkal tangkai digabungkan selanjutnya diikat dengan karet gelang. |
4) | Bungkusan-bungkusan bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yang berlubang sampai cukup padat. |
5) | Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton tape. |
|
|
10. | ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. | Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium
dengan luas lahan 1,25 m x 12 m; Untuk satu pohon/pot
dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3 tangkai bunga
dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5
bulan dan menjadi bunga potong pada umur 6–7 bulan
dengan masa panen optimal 4 kali. Pada panen ke 2
s.d. ke 4 di atas umur 8 bulan; dalam satu tangkai
bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Analisis dilakukan pada tahun
1999 di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bunga mencapai harga
Rp. 750,- sampai Rp. 1000,-. 1) Biaya produksi
1) | Bibit - Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- - Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) | Rp. 320.000,- Rp. 75.000,- |
2) | Perlengkapan - Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- - Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- - Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- - Kerangka: 1 unit bambu | Rp. 100.000,- Rp. 4.500.000,- Rp. 15.000,- Rp. 150.000,- |
3) | Pupuk - Furadan - Azodrin: 1 botol - Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,- - NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- | Rp. 20.000,- Rp. 12.500,- Rp. 10.000,- Rp. 5.000,- |
| Jumlah biaya produksi | Rp. 5.207.000,- |
2) | Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,- | Rp. 9.000.000,- |
3) | Keuntungan | Rp. 3.793.000,- |
4) | Parameter kelayakan usaha 1. Rasio output/input | = 1,73 |
|
|
|
|
10.2. | Gambaran Peluang Agribisnis
Dalam usaha anggrek ini sangat visibel dan modal akan
kembali dalam waktu kurang lebih 8 bulan sejak
penaman dan apabila penjualan dimulai dari sejak
dalam botol, maka akan dapat mengurangi biaya
operasional. Selain dari segi biaya
modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri per tahun
untuk berbagai jenis anggrek diperkirakan sekitar 5
juta tangkai. Jumlah tersebut diluar adanya permintaan akan
kebutuhan komoditi ekspor. |
|
11. | STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. | Ruang Lingkup
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan
pengemasan. |
11.2. | Diskripsi Standar mutu bunga angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI 01–3171–1992. |
11.3. | Klasifikasi dan Standar Mutu
Bunga angrek potongan antara lain terdiri dari 3 jenis
“Arathera James Storie” yang digolongkan dalam empat
jenis mutu, “Arachin Maggie Oie” dan “Oncidium Golden
Shower” yang masing-masing digolongkan dalam tiga
jenis mutu. a) Aranthera James Storie
1. | Panjang tangkai: mutu I=75 cm; mutu II=67,5 cm; mutu III=60 cm; cara uji dengan SP-SMP-287-1980. |
2. | Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=6; mutu III=6; cara uji dengan organoleptik. |
3. | Minimum jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan organoleptik. |
4. | Minimum jumlah cabang: mutu I=3; mutu II=2; mutu III=1 ; cara uji dengan organoleptik. |
5. | Susunan
bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu
II=lengkap; mutu III=lengkap; cara uji dengan organoleptik. |
6. | Bunga
rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu
I=tidak ada; mutu II=tidak ada; mutu III=tidak ada;
cara uji organoleptik. |
b) Arachnis Maggie Oei
1. | Panjang tangkai: mutu I=60 cm; mutu II=42,5 cm; mutu III=32,5 cm; cara uji dengan SP-SMP-287-1980. |
2. | Minimum jumlah bunga: mutu I=8; mutu II=8; mutu III=8; cara uji dengan organoleptik. |
3. | Minimum. jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan organoleptik. |
4. | Susunan
bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu
II=lengkap; mutu III=lengkap; cara uji dengan organoleptik. |
5. | Bunga
rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu
I=tidak ada; mutu II=tidak ada; mutu III=tidak ada;
cara uji organoleptik. |
c) Onchidium Goldian Varientas Golden Shower
1. | Panjang tangkai: mutu I=67,5 cm; mutu II=60 cm; mutu III=35 cm; cara uji dengan SP-SMP-287-1980. |
2. | Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=7; mutu III=7; cara uji dengan SPSMP- 288-1980. |
3. | Minimum jumlah kuncup: mutu I=5; mutu II=5; mutu III=5; cara uji dengan SPSMP- 288-1980. |
4. | Minimum jumlah cabang: mutu I=9; mutu II=7; mutu III=27; cara uji dengan organoleptik. |
|
11.4. | Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil
dalam lot dan contoh dengan rincian sebagai berikut:
a) | Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1 – 3. |
b) | Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4 – 25. |
c) | Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26 – 50. |
d) | Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51 – 100. |
e) | Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101 – 150. |
f) | Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151 – 200. |
g) | Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201 – lebih. |
Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang
yang telah berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan
mempunyai ikatan dalam suatu badan hukum. |
11.5 | Pengemasan
1) | Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga angrek potongan dimasukan ke
dalam tube berisi cairan pengawet/dibungkus
dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam
kantong plastik berisi cairan pengawet lalu
dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai. |
2) | Pemberian merek Pada bagian luar kemasan diberi tulisan: 1. Nama barang/varietas anggrek. 2. Jenis mutu. 3. Nama atau kode produsen/eksportir. 4. Jumlah isi. 5. Negara/tempat tujuan. 6. Produksi Indonesia. |
|
|
12. | DAFTAR PUSTAKA |
|
1. | Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta Penebar Swadaya IKAPI 219 hal. |
2. | Tim Red. Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal. |
3. | Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M. Nurcahyo, Penerbar Swadaya 1993 |
4. | Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987, 63 hal. |
5. | Merawat Anggrek , Sutarni M. Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar